Induktor
oleh danny kurnia
Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika ? Ini cara yang efektif untuk mengetahui arah medan listrik terhadap arus listrik. Jika seutas kawat tembaga diberi aliran listrik, maka di sekeliling kawat tembaga akan terbentuk medan listrik. Dengan aturan tangan kanan dapat diketahui arah medan listrik terhadap arah arus listrik. Caranya sederhana yaitu dengan mengacungkan jari jempol tangan kanan sedangkan keempat jari lain menggenggam. Arah jempol adalah arah arus dan arah ke empat jari lain adalah arah medan listrik yang mengitarinya.
Tentu masih ingat juga percobaan dua utas kawat tembaga paralel yang keduanya diberi arus listrik. Jika arah arusnya berlawanan, kedua kawat tembaga tersebut saling menjauh. Tetapi jika arah arusnya sama ternyata keduanya berdekatan saling tarik-menarik. Hal ini terjadi karena adanya induksi medan listrik. Dikenal medan listrik dengan simbol B dan satuannya Tesla (T). Besar akumulasi medan listrik B pada suatu luas area A tertentu difenisikan sebagai besar magnetic flux. Simbol yang biasa digunakan untuk menunjukkan besar magnetic flux ini adalah F dan satuannya Weber (Wb = T.m2). Secara matematis besarnya adalah :
medan flux...(1)
Lalu bagaimana jika kawat tembaga itu dililitkan membentuk koil atau kumparan. Jika kumparan tersebut dialiri listrik maka tiap lilitan akan saling menginduksi satu dengan yang lainnya. Medan listrik yang terbentuk akan segaris dan saling menguatkan. Komponen yang seperti inilah yang dikenal dengan induktor selenoid.
Dari buku fisika dan teori medan yang menjelimet, dibuktikan
bahwa induktor adalah komponen yang dapat menyimpan energi magnetik. Energi ini
direpresentasikan dengan adanya tegangan emf (electromotive force)
jika induktor dialiri listrik. Secara matematis tegangan emf ditulis :
Jika dibandingkan dengan rumus hukum Ohm V=RI,
maka kelihatan ada kesamaan rumus. Jika R disebut resistansi dari resistor dan V
adalah besar tegangan jepit jika resistor dialiri listrik sebesar I. Maka L
adalah induktansi dari induktor dan E adalah tegangan yang timbul jika
induktor dilairi listrik. Tegangan emf di sini adalah respon terhadap perubahan
arus fungsi dari waktu terlihat dari rumus di/dt. Sedangkan bilangan
negatif sesuai dengan hukum Lenz yang
mengatakan efek induksi cenderung melawan perubahan yang menyebabkannya.
Hubungan antara emf dan arus inilah yang disebut dengan induktansi, dan satuan yang digunakan adalah (H) Henry.
Induktor disebut self-induced
Arus listrik yang melewati kabel, jalur-jalur pcb dalam suatu rangkain berpotensi untuk menghasilkan medan induksi. Ini yang sering menjadi pertimbangan dalam mendesain pcb supaya bebas dari efek induktansi terutama jika multilayer. Tegangan emf akan menjadi penting saat perubahan arusnya fluktuatif. Efek emf menjadi signifikan pada sebuah induktor, karena perubahan arus yang melewati tiap lilitan akan saling menginduksi. Ini yang dimaksud dengan self-induced. Secara matematis induktansi pada suatu induktor dengan jumlah lilitan sebanyak N adalah akumulasi flux magnet untuk tiap arus yang melewatinya :
induktansi ...... (3)
Induktor selenoida
Fungsi utama dari induktor di dalam suatu
rangkaian adalah untuk melawan fluktuasi arus yang melewatinya. Aplikasinya pada
rangkaian dc salah satunya adalah untuk menghasilkan tegangan dc yang konstan
terhadap fluktuasi beban arus. Pada aplikasi rangkaian ac, salah satu gunanya
adalah bisa untuk meredam perubahan fluktuasi arus yang tidak dinginkan. Akan
lebih banyak lagi fungsi dari induktor yang bisa diaplikasikan pada rangkaian
filter, tuner dan sebagainya.
Dari pemahaman fisika, elektron yang
bergerak akan menimbulkan medan elektrik di sekitarnya. Berbagai bentuk kumparan,
persegi empat, setegah lingkaran ataupun lingkaran penuh, jika dialiri listrik
akan menghasilkan medan listrik yang berbeda. Penampang induktor biasanya
berbentuk lingkaran, sehingga diketahui besar medan listrik di titik tengah
lingkaran adalah :
Medan listrik ........ (4)
Jika dikembangkan, n adalah jumlah
lilitan N relatif terhadap panjang induktor l.
Secara matematis ditulis :
Lilitan per-meter……….(5)
Lalu i adalah besar arus
melewati induktor tersebut. Ada simbol m
yang dinamakan permeability dan mo
yang disebut permeability udara vakum.
Besar permeability m tergantung dari bahan inti (core)
dari induktor. Untuk induktor tanpa inti (air winding) m
= 1.
Jika rumus-rumus di atas di subsitusikan
maka rumus induktansi (rumus 3) dapat ditulis menjadi :
Induktansi Induktor ..... (6)
Induktor selenoida dengan inti (core)
L :
induktansi dalam H (Henry)
m : permeability inti (core)
mo : permeability udara vakum
mo
= 4p x 10-7
N : jumlah
lilitan induktor
A : luas
penampang induktor (m2
l
: panjang induktor (m)
Inilah rumus untuk menghitung nilai
induktansi dari sebuah induktor. Tentu saja rumus ini bisa dibolak-balik untuk
menghitung jumlah lilitan induktor jika nilai induktansinya sudah ditentukan.
Toroid
Ada satu jenis induktor yang kenal dengan
nama toroid. Jika biasanya induktor berbentuk silinder memanjang, maka toroid
berbentuk lingkaran. Biasanya selalu menggunakan inti besi (core) yang
juga berbentuk lingkaran seperti kue donat.
Toroida
Jika jari-jari toroid adalah r,
yaitu jari-jari lingkar luar dikurang jari-jari lingkar dalam. Maka panjang
induktor efektif adalah kira-kira :
Keliling lingkaran
toroida …... (7)
Dengan demikian untuk toroida besar induktansi L adalah :
Induktansi Toroida
………(8)
Salah satu keuntungan induktor berbentuk
toroid, dapat induktor dengan induktansi yang lebih besar dan dimensi yang
relatif lebih kecil dibandingkan dengan induktor berbentuk silinder. Juga karena
toroid umumnya menggunakan inti (core) yang melingkar, maka medan
induksinya tertutup dan relatif tidak menginduksi komponen lain yang berdekatan
di dalam satu pcb.
Ferit dan Permeability
Besi lunak banyak digunakan sebagai inti
(core) dari induktor yang disebut ferit.
Ada bermacam-macam bahan ferit yang disebut ferromagnetik.
Bahan dasarnya adalah bubuk besi oksida yang disebut juga iron powder.
Ada juga ferit yang dicampur dengan bahan bubuk lain seperti nickle, manganase,
zinc (seng) dan mangnesium. Melalui proses yang dinamakan
kalsinasi yaitu dengan pemanasan tinggi dan tekanan tinggi, bubuk campuran
tersebut dibuat menjadi komposisi yang padat. Proses pembuatannya sama seperti
membuat keramik.
Ferit yang sering dijumpai ada yang
memiliki m = 1
sampai m =
15.000. Dapat dipahami penggunaan ferit dimaksudkan untuk mendapatkan
nilai induktansi yang lebih besar relatif terhadap jumlah lilitan yang lebih
sedikit serta dimensi induktor yang lebih kecil.
Penggunaan ferit juga disesuaikan dengan frekeunsi kerjanya. Karena beberapa ferit akan optimum jika bekerja pada selang frekuensi tertentu. Berikut ini adalah beberapa contoh bahan ferit yang dipasar dikenal dengan kode nomer materialnya. Pabrik pembuat biasanya dapat memberikan data kode material, dimensi dan permeability yang lebih detail.
data material ferit
Sampai di sini kita sudah dapat
menghitung nilai induktansi suatu induktor. Misalnya induktor dengan jumlah
lilitan 20, berdiameter 1 cm dengan panjang 2 cm serta mengunakan inti ferit
dengan m = 3000.
Dapat diketahui nilai induktansinya adalah :
L » 5.9
mH
Selain ferit yang berbentuk silinder ada
juga ferit yang berbentuk toroida. Umumnya dipasar tersedia berbagai macam jenis
dan ukuran toroida. Jika datanya lengkap, maka kita dapat menghitung nilai
induktansi dengan menggunakan rumus-rumus yang ada. Karena perlu diketahui nilai
permeability bahan ferit, diameter lingkar luar, diameter lingkar dalam serta
luas penampang toroida. Tetapi biasanya pabrikan hanya membuat daftar indeks
induktansi (inductance index) AL. Indeks ini dihitung
berdasarkan dimensi dan permeability ferit. Dengan data ini dapat dihitung
jumlah lilitan yang diperlukan untuk mendapatkan nilai induktansi tertentu.
Seperti contoh tabel AL berikut ini yang satuannya mH/100
lilitan.
Tabel AL
Rumus untuk menghitung jumlah lilitan yang diperlukan
untuk mendapatkan nilai induktansi yang diinginkan adalah :
Indeks AL ………. (9)
Misalnya digunakan ferit toroida T50-1,
maka dari table diketahui nilai AL = 100. Maka untuk mendapatkan induktor
sebesar 4mH
diperlukan lilitan sebanyak :
N » 20 lilitan
Rumus ini sebenarnya diperoleh dari rumus dasar
perhitungan induktansi dimana induktansi L berbanding lurus dengan kuadrat
jumlah lilitan N2. Indeks AL umumnya sudah baku dibuat
oleh pabrikan sesuai dengan dimensi dan permeability bahan feritnya.
Permeability bahan bisa juga diketahui dengan kode warna tertentu. Misalnya abu-abu, hitam, merah, biru atau kuning. Sebenarnya lapisan ini bukan hanya sekedar warna yang membedakan permeability, tetapi berfungsi juga sebagai pelapis atau isolator. Biasanya pabrikan menjelaskan berapa nilai tegangan kerja untuk toroida tersebut.
Contoh bahan ferit toroida di atas
umumnya memiliki premeability yang kecil. Karena bahan ferit yang demikian
terbuat hanya dari bubuk besi (iron power). Banyak juga ferit toroid
dibuat dengan nilai permeability m
yang besar. Bahan ferit tipe ini terbuat dari campuran bubuk besi dengan bubuk
logam lain. Misalnya ferit toroida FT50-77 memiliki indeks AL = 1100.
Kawat tembaga
Untuk membuat induktor biasanya tidak
diperlukan kawat tembaga yang sangat panjang. Paling yang diperlukan hanya
puluhan sentimeter saja, sehingga efek resistansi bahan kawat tembaga dapat
diabaikan. Ada banyak kawat tembaga yang bisa digunakan. Untuk pemakaian yang
profesional di pasar dapat dijumpai kawat tembaga dengan standar AWG (American
Wire Gauge). Standar ini tergantung dari diameter kawat, resistansi dan
sebagainya. Misalnya kawat tembaga AWG32 berdiameter kira-kira 0.3mm, AWG22
berdiameter 0.7mm ataupun AWG20 yang berdiameter kira-kira 0.8mm. Biasanya yang
digunakan adalah kawat tembaga tunggal dan memiliki isolasi.
Penutup
Sayangnya untuk pengguna amatir, data yang diperlukan tidak banyak tersedia di toko eceran. Sehingga terkadang dalam membuat induktor jumlah lilitan yang semestinya berbeda dengan hasil perhitungan teoritis. Kawat tembaga yang digunakan bisa berdiameter berapa saja, yang pasti harus lebih kecil dibandingkan diameter penampang induktor. Terkadang pada prakteknya untuk membuat induktor sendiri harus coba-coba dan toleransi induktansinya cukup besar. Untuk mendapatkan nilai induktansi yang akurat ada efek kapasitif dan resistif yang harus diperhitungkan. Karena ternyata arus yang melewati kawat tembaga hanya dipermukaan saja. Ini yang dikenal dengan istilah ekef kulit (skin effect). Ada satu tip untuk membuat induktor yang baik, terutama induktor berbentuk silinder. Untuk memperoleh nilai “Q” yang optimal panjang induktor sebaiknya tidak lebih dari 2x diameter penampangnya. Untuk toroid usahakan lilitannya merata dan rapat.